Tiga Hati, Dua Dunia, Satu Cinta
Produksi: Mizan Productions

Film Tiga Hati, Dua Dunia, Satu Cinta diadaptasi dari dua novel karya Ben Sohib yang telah menjadi bestseller berjudul Da Peci Code dan Rosid dan Delia. Kedua buku ini juga diterbitkan ulang oleh Penerbit Bentang (salah satu penerbit dalam Mizan Group) dengan judul Hikayat the Da Peci Code dan Balada Rosid dan Delia. Film ini bercerita tentang kisah cinta dua anak manusia yang berbeda agama-antara Rosid yang Muslim dan Delia yang Katolik. Juga cinta mereka dengan keluarga mereka yang bahagia. Kisah cinta dari dunia yang berbeda ini menjadi inti dari film ini, serta bagaimana Rosid dan Delia menyelesaikan persoalan mereka.
Budaya keturunan Arab di Indonesia menjadi warna dalam film ini, karena Rosid adalah seorang pemuda keturunan Arab. Reza Rahadian dan Laura Basuki harus berlatih tari Zapin untuk film ini. Selain itu, tiga puisi WS. Rendra juga mewarnai film ini, karena salah satu cita-cita Rosid adalah menjadi penyair. Reza Rahadian yang berperan sebagai Rosid juga harus berlatih khusus untuk membacakan puisi-puisi Rendra setelah salah satu budayawan terpenting Indonesia itu wafat bulan Juli 2009 yang lalu. Sehubungan jdengan itu, Penerbit Bentang juga menerbitkan buku berjudul Stanza dan Blues Rendra, yang berisi puisi-puisi romantis karya WS. Rendra yang pernah diterbitkan dalam beberapa kumpulan puisi.
Film Tiga Hati, Dua Dunia, Satu Cinta diproduksi dengan kesadaran yang mendalam tentang pentingnya memahami keragaman di Indonesia. Sebagai bangsa yang multietnis dan multiagama, penghargaan terhadap keragaman menjadi sangat penting untuk merawat "kapal besar" bernama Indonesia ini bersama-sama. Film ini membahas keragaman dan perbedaan dalam masyarakat Inonesia ini dengan elegan, dengan kisah cinta tulus yang mengharukan serta diselingi komedi-komedi yang menggelitik.
Catatan Sutradara merangkap Penulis Skenario (Benni Setiawan)
3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA adalah film ketiga saya sete3lah "BUKAN CINTA BIASA" dan "CINTA DUA HATI". Melihat dri judul-judulnya akan terkesan bahwa saya senang membuat film tentang cinta. Ya memang benar. Jadi saat Mizan menawarkan kepada saya sebuah proyek film yang diangkat dari dua buah novel karya Ben Sohib (The da Peci code dan Balada cinta Rosid & Delia), saya langsung menyatakan tertarik. Buat saya isi kedua novel tersebut tidak hanya sekedar berbicara tentang cinta remaja. Lebih dari itu, novel ini juga berbicara tentang cinta terhadap keluarga, cinta terhadap sesama, cinta terhadap agama, dan cinta terhadap sang khalik yang menciptakan perbedaan untuk dicintai.
Membaca kedua novel yang cukup best seller tersebut, saya langsung jatuh hati. Dan itulah pula yang mendorong saya menawarkan diri untuk sekaligus menulis skenarionya. Kandungan novel yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan pesan-pesan yang kuat menambah semangat saya untuk menggarapnya. Dan hal ini sekaligus tantangan buat saya mengingat kedua novel ini memiliki kandungan kontroversi yang harus disiasati secara berhati-hati.
Ternyata menggarap proyek ini tak semudah dugaan saya. Berbagai kendala datang silih berganti. Yang paling krusial adalah pada saat pra produksi. Ini menjadi catatan buat saya karena pada saat itu sebulan lebih kami mengalami kesuliatan untuk mendapatkan tokoh utama dalam film ini, Roshid. Tentu tidak mudah untuk memilih pemain karena selain karakter, figur pemain ini juga merupakan tokoh yang spesifik yaitu dari etnis keturunan Arab. Beberapa pemain dengan wajah khas etnis Arab coba dicasting namun tak ada yang memenuhi selera. Tai untunglah kami mendapatkan Reza Rahardian untuk memerankan tokoh Rosid meskipun harus mengenakan wig supaya pas dengan karakter Rosid dalam cerita novel.
Masalah ternyata tidak berhenti. Selain tokoh Rosid kami juga mengalami kendala untuk mendapatkan peran yang cocok untuk karakter orang tua Rosid yang Alhamdulillah berhasil dimainkan secra sempurna oleh Henidar Amroe dan Rasyid Karim. Namun aungan jempol secara pribadi harus saya sampaikan kepada pemain lain seperti Laura Basuki, Arumi Bachsin, Ira Wibowo, Robby Tumewu, dan Zainal Abidin yang berhasil mewujudkan keinginan saya atas tokoh yang mereka mainkan.
Pada saat pro produksi pemain diwajibkan untuk reading dan saya langsung mengarahkannya dan berdiskusi dengan pemain untuk mencari yang terbaik karena kami semua menginginkan hasil yang terbaik. Bahkan khusus untuk peran ROSID dan DELIA, saya mewajibkan mereka berlatih tari zafin di bawah bimbingan Bapak Husein Shahab selama sebulan untuk menunjang adegan tari Zafin.
Saat produksi tiba, saya hampir tidak mengalami hambatan selain factor cuaca. Maklum dengan mengambil lokasi di Bogor kami semua harus siap dengan kondisi alam kota yang terkenal dengan sebutan kota hujan. Oleh karena itu schedule kita buat sedemikian rupa sehingga pada saat hujan tiba tidak terlalu menganggu proses pengambilan gambar. Dan syukur Alhamdulillah sekali lagi saya ucapkan, berkat kerjasama yang harmonis di antara produser, crew, dan pemain, film ini akhirnya bisa selesai sesuai jadwal. Akhirnya selaku sutradara tidak ada kebahagiaan selain bahwa apa yang sudah kami kerjakan bisa segera dinikmati oleh penontong film Indonesia. Ini semua terjadi karena baik crew dan pemain telah bekerja sama dengan baik atas dukungan dari MIZAN production yang begitu luar biasa. Saya berharap film ini bisa memberikan sajian hiburan yang menyenangkan dan mendidik karena film ini memiliki pesan yang kuat untuk bisa menjadi suri tauladan buat kita semua.
Komentar Tokoh Tentang Film 3 Hati
Aditya Gumay (Sutradara Film Emak Ingin Naik Haji)
Wajib tonton untuk anda yang menghargai perbedaan.
Parni hadi (Dirut RRI)
Ada pesan yang sangat dalam tentang cinta, tentang pluralisme, tentang kemanusiaan.
Olivia Zalianty (Aktris)
Issuenya sangat menarik.
Eki Soekarno (Musisi)
Lucu, menarik, dan semuanya oke.
Soraya Haque (Peragawati & Presenter)
Sajian yang tidak membuat berpikir terlalu berat.
Hajrianto Tohari (Wakil Ketua MPR RI)
Membawa pesan-pesan kemajemukan yang sangat sesuai dengan kondisi masyarakat kita yang majemuk.
Mochtar Pabottinggi (Penliti LIPI)
Film ini sangat bagus. Two thumbs up.
August Parengkuan (Komisaris Kompas - Gramedia Group)
Film ini sangat fari. Pemain-pemainnya sangat kuat.
Syafi'i Anwar (Direktur International Centre for Islamand Pluralism)
Sangat menyentuh. Benar-benar memberikan semacam pencerahan dalam rangka mengatasi persoalan pernikahan antar agama.
Ade Armando (Pemerhati Media)
Contoh film terbaik tentang bagaimana menyampaikan ajaran tentang kewajiban kita menghormati orang-orang lain walaupun berbeda keyakinan.
H. Amidan (Ketua Majelis Ulama Indonesia)
Film ini bagus dan layak untuk ditonton oleh masyarakat. Menjadi pelajaran bagi remaja kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar